Robbins (2003) memberikan karakteristik
budaya organisasi sebagai berikut :
a.
Innovasi dan keberanian mengambil resiko, yaitu sejauhmana organisasi
mendorong para pegawai untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko
serta bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan resiko oleh pegawai
dan membangkitkan ide pegawai.
b.
Perhatian terhadap detail, yaitu sejauhmana organisasi mengharapkan
pegawai memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap rincian.
c.
Berorientasi pada hasil, yaitu sejauhmana manajemen memusatkan perhatian
pada hasil dibandingkan perhatian terhadap tekhnik dan proses yang digunakan
untuk meraih hasil tersebut.
d.
Berorientasi pada manusia, yaitu sejauhmana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi.
e.
berorientasi pada tim, yaitu sejauhmana penekanan diberikan pada kerja
tim dibandingkan dengan kerja indivdual.
f.
Agresivitas, yaitu sejauhmana orang-orang dalam organisasi itu agresif
dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya.
g.
Stabilitas yaitu sejauhmana kegiatan organisasi menekankan status quo
sebagai kontras dari pertumbuhan
Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu
kontinum dari rendah ke tinggi. Maka dengan menilai organisasi itu berdasarkan
tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi
itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki
para anggota mengenai organisasi, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya,
dan cara para anggota diharapkan berperilaku
Sedangkan menurut Kreitner dan Kinicki (2003)
bahwa secara umum terdapat 3 (tiga) tipe budaya organisasi yaitu:
1. Budaya konstruktif
Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk
berinteraksi dengan orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara
yang akan membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan
berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyakinan normatif yang berhubungan
dengan pencapaian tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi dan
persatuan.
2. Budaya pasif-defensif
Budaya pasif-defensif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa
karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak mengancam
keamanan kerja sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang
berhubungan dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan, dan penghidupan.
3. Budaya agresif -defensif
Budaya agresif-defensif mendorong karyawannya untuk
mengerjakan tugasnya dengan kerja keras untuk melindungi keamanan kerja dan
status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang
mencerminkan oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis
No comments:
Post a Comment