Secara umum maka pelaksanaan gaya kepemimpinan
tersebut sangat dipengaruhi kondisi organisasi itu sendiri. Dalam pelaksanaan
gaya kepemimpinan merupakan gabungan dari berbagai gaya kepemimpinan yang telah
ada. Oleh karenanya dalam uraian bentuk pelaksanaan kepemimpinan merupakan
uraian yang memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk pelaksanaan gaya
kepemimpinan lainnya. Bentuk-bentuk pelaksanaan gaya kepemimpinan tersebut
dapat dilaksanakan secara bersamaan. Ada empat respon kepemimpinan dalam
mengelola kinerja berdasarkan tingkat kematangan karyawan, yaitu mengarahkan,
menjual, menggalang partisipasi dan mendelegasikan. Selanjutnya menurut Harsey
dan Blanchard (2005) merumuskan ada 4 perilaku dasar kepemimpinan, yaitu:
a.
Mengarahkan (telling)
Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon
kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah
dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki
penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey and
Blancard menyarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi,
memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, tanpa mengurangi
intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
b.
Menjual (selling)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan
menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus
memproporsikan struktur tugas dengan tanggungjawab karyawan. Selain itu,
manajer harus menemukan hal-hal yang menyebabkan karyawan tidak termotivasi,
serta masalah-masalah yang dihadapi karyawan.
Pada kondisi karyawan sudah mulai mampu mengerjakan
tugas-tugas dengan lebih baik, akan memicu perasaan timbulnya over confident. Kondisi ini,
memungkinkan karyawan menghadapi permasalahan baru yang muncul. Masalah-masalah
baru yang muncul tersebut, seringkali menjadikannya putus asa. Oleh karena itu,
setelah memberikan pengarahan, manajer harus memerankan gaya menjual yaitu
ketika si pemimpin harus mampu mengajukan beberapa alternatif pemecahan
masalah.
c.
Menggalang partisipasi (participation)
Gaya kepemimpinan partisipasi adalah respon manajer
yang harus diperankan ketika tingkat kemampuan karyawan akan tetapi tidak
memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab, karena ketidakmauan atau
ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab seringkali disebabkan
karena kurang keyakinan. Respon tersebut berupa upaya pemimpin untuk mendorong
dan memudahkan partisipasi oleh orang lain dalam membuat keputusan-keputusan
yang tidak dibuat oleh pemimpin itu sendiri. Gaya kepemimpinan partisipatif
adalah seorang pemimpin yang mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan
keputusan (Yukl, 1998). Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu membuka
komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan mendukung usaha-usaha yang
dilakukan para bawahan atau pengikutnya.
d.
Mendelegasikan (delegating)
Pada unsure gaya kepemimpinan situasional delegasi
ini maka pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap karyawan
sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan
untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, kapan dan
dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak
terlalu diperlukan komunikasi dua arah.
Berdasarkan uraian tersebut maka bentuk pelaksanaan
gaya kepemimpinan adalah gaya pemimpin yang mampu menerapkan gayanya agar
sesuai dengan situasi tertentu. Selanjutnya pimpinan perlu mempertimbangkan
setiap situasi khusus dalam rangka memahami gaya mana yang lebih tepat untuk
diterapkan. Dalam penelitian ini akan menggunakan empat perilaku dasar dalam
gaya kepemimpinan situasional di atas yaitu uraian dimensi kepemimpinan
berdasarkan Harsey dan Blanchard (2005).
No comments:
Post a Comment