Pengertian budaya organisasi banyak
diungkapkan oleh para ilmuwan yang merupakan ahli dalam ilmu budaya organisasi
yang pada hakekatnya tidak jauh berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya.
Robbins (2010) menyatakan budaya organisasi (organizational culture) sebagai
suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi tersebut dengan organisasi yang lain.” Lebih lanjut, Robbins (2010)
menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang
sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama
merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.
Moeljono (2005) menyatakan bahwa budaya
organisasi: Sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang
dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi
sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi
untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengertiannya, bahwa
budaya perusahaan adalah nilai yang menentukan arah perilaku dari anggota di
dalam organisasi. Jika value tadi menjadi shared value, maka terbentuk sebuah
kesamaan persepsi akan perilaku yang sesuai dengan karakter organisasi. Dengan
demikian, budaya organisasi memandu dan membentuk sikap serta perilaku
karyawan.
David (2009) menyatakan bahwa: Budaya
organisasi adalah pola tingkah laku yang dikembangkan oleh suatu organisasi
yang dipelajarinya ketika menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal, yang telah terbukti cukup baik untuk disahkan dan diajarkan kepada
anggota baru sebagai cara untuk menyadari, berpikir dan merasa. Menurut Sule
dan Saefullah (2005) budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan norma yang
dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan di mana
organisasi tersebut menjalankan kegiatannya.
Budaya organisasi merupakan pola keyakinan
dan nilai-nilai dalam organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekan oleh
anggota organisasinya sehingga pola tersebut memberikan makna tersendiri bagi
organisasi yang bersangkutan dan menjadi dasar aturan berperilaku (Sobirin,
2005). Hal ini berarti setiap organisasi mempunyai sistem makna yang berbeda.
Perbedaan ini menyebabkan setiap organisasi mempunyai karakteristik yang unik
dan berbeda serta respon yang berbeda ketika menghadapi masalah yang sama.
Disamping itu perbedaan sistem makna ini dapat menyebabkan perbedaan perilaku
para anggota organisasi dan perilaku organisasi itu sendiri. Akar perbedaan ini
bersumber pada asumsi-asumsi dasar yang meliputi keyakinan, nilai-nilai,
filosofi atau ideologi organisasi yang digunakan dalam memecahkan persoalan
organisasi.
No comments:
Post a Comment