Menurut
Mulyasa (2004; 35) Salah satu supervisi manajerial yang populer adalah
supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Supervisi diberikan
berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan bawahan
b.
Aspek yang disupervisi
berdasarkan usul bawahan, yang dikaji bersama kepala sebagai supervisor untuk
dijadikan kesepakatan.
c.
Instrumen dan metode
observasi dikembangkan bersama oleh kepala dan bawahan
d.
Mendiskusikan dan
menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi bawahan.
e.
Supervisi dilakukan
dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak
mendengarkan serta menjawab pertanyaan kepala daripada memberi saran dan
pengarahan.
f.
Supervisi klinis
sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan
balik.
g.
Adanya penguatan dan
umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku kepala
yang positif sebagai hasil pembinaan.
h.
Supervisi dilakukan
secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu
masalah.
Berdasarkan
Piercy, Cravens, and Morgan, (1998) dan Cravens, et al (2003) supervisi
berdasarkan perilaku dibangun dari empat indikator, meliputi: Kapabilitas, Attitudes (sikap), Motivasi, dan
Strategi pelaksanaan tugas. Kapabilitas mengacu pada kemampuan karyawan tentang
pengetahuan program, pengetahuan tentang organisasi dan kemampuan professional.
Sikap menunjukkan pada kendali pimpinan terhadap kemampuan karyawan dalam
bekerja sama dengan rekan satu tim. Motivasi ditunjukkan dengan seberapa besar
kemauan karyawan dalam memberikan pengorbanannya terhadap organisasi. Sedangkan
strategi pelaksanaan tugas menunjukkan pilihan strategi yang digunakan oleh
karyawan dalam menjalankan program kerja.
No comments:
Post a Comment