Slamet (2002) menyebutkan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk
mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Slamet (2002) bahwa kepemimpinan penting
dalam kehidupan bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan
kepemimpinan itu harus mengena kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti
harus diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui
bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.
Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk
mempengaruhi pengikut bukan dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai
tujuan tertentu. Kemampuan mempengaruhi erat kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan dari para anggotanya (Gibson 2006).
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana
seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat
oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati
dari luar (Robert, 2002). James et. al. (1996) mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam
proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Gaya kepemimpinan adalah perilaku
dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, sikap,
yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja
bawahannya (Tampubolon, 2007).
Thoha (2007) mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini usaha
menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi dengan orang yang
perilakunya dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya. Stoner (1996) dalam
Handoko, (2003) mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai
oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan menpengaruhi pekerja
No comments:
Post a Comment